Blitar - Ratusan peternak ayam petelur menggelar syukuran di Pendopo Pemkab Blitar di Kanigoro. Tak hanya peternak ayam petelur Blitar yang datang, namun juga peternak dari Malang, Tulungagung dan Kediri.
Syukuran yang dikemas dalam acara halalbihalal ini digelar sebagai wujud terima kasih peternak Blitar atas berbagai upaya pemerintah mengentaskan keterpurukan usaha mereka.
Upaya yang dinilai meningkatkan derajat kesejahteraan kalangan peternak ayam itu adalah ditandatanganinya MoU antara Pemprov DKI Jakarta dengan Pemkab Blitar. Berkat MoU ini, Blitar menjadi pemasok utama kebutuhan telur warga ibukota.
"Peternak Blitar dipercaya sebagai pemasok telur di Jakarta. Ini setelah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta berkunjung ke Blitar. Mereka menyaksikan sendiri kapasitas dan kualitas produksi telur di Blitar," kata Bupati Blitar Rijanto dalam jumpa pers di Kantor Pemkab Blitar, Selasa (10/7/2018).
Kerjasama ini merupakan angin segar bagi kalangan peternak Blitar. Di satu sisi, telur produksi Blitar akan jelas jalur buangnya. Di sisi lain, peternak punya posisi tawar yang kuat dalam menentukan harga.
"Karena ini sistemnya B to B, Business to Business, jadi harga berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak tanpa intervensi pihak manapun. Yakni antara BUMD PT Food Station Tjipinang Jaya dengan Koperasi Peternak Ayam Ras Putera Blitar," jelas Rijanto.
Pada pengiriman awal, harga dipatok berdasarkan keputusan Kementerian Perdagangan, yaitu sebesar Rp 19.000/kg. Namun karena terjadinya kenaikan harga pakan, menyusul nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS yang menyentuh angka Rp 15.000 per US dollar, maka harga patokannya pun ikut naik.
"Kami hubungi Dirut BUMD dan sekarang disepakati harga sebesar Rp 23.000 per pack. Isinya sebanyak 15 butir telur dengan berat di kisaran 0,94 kg," jelas Ketua Koperasi Putera Blitar Sukarman dalam kesempatan terpisah.
Meski demikian, untuk saat ini, peternak Blitar baru mampu memenuhi separuh kebutuhan telur warga Jakarta. Untuk itu bila kebutuhan telur Jakarta mencapai 260 ton perhari maka pasokan dari peternak Blitar baru sebanyak 125 ton perhari.
"Untuk pengiriman awal, kami banyak dapat bantuan CSR dari Bank Indonesia. CSR itu berupa packing dan pengiriman. Kami dapat bantuan selama delapan kali pengiriman," ungkap Sukarman.
Namun ke depan, Sukarman optimis pihaknya tidak akan menemui kendala terkait material packing ataupun biaya pengiriman. Yang harus dilakukan sekarang, menurut Sukarman, adalah bagaimana mengajak semakin banyak peternak agar mau menjadi anggota koperasi.
"Sekarang ini masih 10% yang jadi anggota koperasi. Kami akan sosialisasikan ini supaya makin banyak yang gabung. Tujuannya, supaya permintaan 260 ton per hari itu bisa dipenuhi dari sini," harapnya.
Dari catatan Sukarman, Blitar memiliki populasi ayam petelur sebanyak 15 juta ekor, dengan jumlah peternak sekitar 4.300 orang. Dalam sehari, kapasitas produksi telur di Blitar sendiri mencapai 450 ton. Namun distribusi telur-telur ini sendiri hampir merata ke seluruh Indonesia, terutama di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatra.
0Komentar