Di kala banyak negara lain berhasil menekan transmisi Covid-19 dengan cara lockdown, Pemerintah Indonesia tidak memilih cara ini sebagai solusi memerangi virus corona.
Seorang Epidemiologist Researcher Imperial College London, Dr Dian Kusuma, menyarankan, Indonesia masih perlu melakukan lockdown, meskipun sistemnya bisa berbeda dengan lockdown yang dilakukan oleh negara lain.
Dian menuturkan, ia telah mengirimkan memo soal rekomendasi lockdown untuk negara Indonesia sekitar 10 hari sebelum tanggal 30 Maret 2020.
Dalam memo yang dikirimkannya tersebut, Dian menceritakan pengalaman negara-negara lain dan keberhasilan dalam menangani kasus Covid-19 yang sedang mewabah di lebih dari 200 negara saat ini.
Diakui Dian, memang tidak semua negara melakukan dan memiliki pengalaman dalam melakukan lockdown atas persoalan pandemik penyakit. Jadi yang terbayangkan saat menyebut kata lockdown adalah sistem yang diberlakukan oleh negara China.
Lockdown yang dilakukan di China, seperti yang diketahui adalah melakukan penutupan akses keluar dan masuk di wilayah Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang sekaligus merupakan asal mula pandemik virus corona baru SARS-CoV-2.
Tidak hanya akses, masyarakat di kota terisolasi itu pada masa lockdown memang tidak diperbolehkan untuk melakukan segala aktivitas di luar rumahnya, termasuk tidak boleh mengungsi ke daerah lain.
Lockdown yang berlangsung hampir dua bulan di Wuhan tidak hanya membuat kota itu seperti kota tak berpenghuni. Saat lockdown dilakukan, stok kebutuhan makanan juga sempat hampir menipis.
"Karena seluruh dunia ini belum pernah ngalamin lockdown penyakit, jadi yang terbayang yang di China kemarin. Tapi, yang saya sampaikan di memo, ada banyak contoh di negara lain yang enggak begitu (seperti sistem lockdown di China)," kata Dian dalam diskusi online bertajuk "Covid-19: Tantangan Saat Ini dan Alternatif Solusi Berbasis Bukti" oleh Mata Garuda, Senin (30/3/2020).
Dian mencontohkan, Malaysia melakukan lockdown yang sifatnya karantina wilayah parsial. Jadi untuk kebutuhan pokok, pembersihan, dan petugas kesehatan tetap terus berjalan.
Seorang Epidemiologist Researcher Imperial College London, Dr Dian Kusuma, menyarankan, Indonesia masih perlu melakukan lockdown, meskipun sistemnya bisa berbeda dengan lockdown yang dilakukan oleh negara lain.
Dian menuturkan, ia telah mengirimkan memo soal rekomendasi lockdown untuk negara Indonesia sekitar 10 hari sebelum tanggal 30 Maret 2020.
Dalam memo yang dikirimkannya tersebut, Dian menceritakan pengalaman negara-negara lain dan keberhasilan dalam menangani kasus Covid-19 yang sedang mewabah di lebih dari 200 negara saat ini.
Diakui Dian, memang tidak semua negara melakukan dan memiliki pengalaman dalam melakukan lockdown atas persoalan pandemik penyakit. Jadi yang terbayangkan saat menyebut kata lockdown adalah sistem yang diberlakukan oleh negara China.
Lockdown yang dilakukan di China, seperti yang diketahui adalah melakukan penutupan akses keluar dan masuk di wilayah Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang sekaligus merupakan asal mula pandemik virus corona baru SARS-CoV-2.
Tidak hanya akses, masyarakat di kota terisolasi itu pada masa lockdown memang tidak diperbolehkan untuk melakukan segala aktivitas di luar rumahnya, termasuk tidak boleh mengungsi ke daerah lain.
Lockdown yang berlangsung hampir dua bulan di Wuhan tidak hanya membuat kota itu seperti kota tak berpenghuni. Saat lockdown dilakukan, stok kebutuhan makanan juga sempat hampir menipis.
"Karena seluruh dunia ini belum pernah ngalamin lockdown penyakit, jadi yang terbayang yang di China kemarin. Tapi, yang saya sampaikan di memo, ada banyak contoh di negara lain yang enggak begitu (seperti sistem lockdown di China)," kata Dian dalam diskusi online bertajuk "Covid-19: Tantangan Saat Ini dan Alternatif Solusi Berbasis Bukti" oleh Mata Garuda, Senin (30/3/2020).
Dian mencontohkan, Malaysia melakukan lockdown yang sifatnya karantina wilayah parsial. Jadi untuk kebutuhan pokok, pembersihan, dan petugas kesehatan tetap terus berjalan.
0Komentar